Rabu, 06 Mei 2009

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat. Sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.
Si tukang cukur bilang, Tuhan itu tidak ada .
Lho kok begitu ? timpal si konsumen.
Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan, untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.
Kalau Tuhan itu ada dan Dia maha pengasih dan maha penyayang, maka tidak akan ada orang sakit, anak terlantar dan orang susah, karena Tuhan tidak akan membiarkan semua itu terjadi.
Si konsumen diam dan tidak merespon karena dia tidak ingin memulai debat kusir.
Setelah selesai, si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa saat setelah keluar dari tempat tukang cukur, dia melihat ada orang yang berambut panjang, berombak kasar, brewok yang tidak dicukur, terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
Si tukang cukur tidak terima, Kamu kok bisa bilang begitu ? Saya di sini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu !
Tidak ! elak si konsumen. Tukang cukur itu tidak ada, kata si konsumen, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana.
Ah tidak, tukang cukur tetap ada, apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya! sanggah si tukang cukur.
Cocok ! kata si konsumen menyetujui, itulah point utama-nya !
Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !
Tapi apa yang terjadi ? orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.
Si tukang cukur terbengong !
Seorang Muslim Amerika yang sudah tua tinggal bersama seorang cucunya di sebuah perkebunan di Kentucky Selatan. Cucunya ingin menjadi seperti kakeknya dan menirukan segala gerak-gerik kakeknya. Suatu hari sang cucu bertanya : “Kek, saya mencoba membaca Al Qur’an seperti engkau, tapi saya tidak mengerti, apa yang saya fahami segera terlupakan begitu saya menutup Kitab Suci itu. Apa gunanya membaca Al Qur’an ? Sang kakek berbalik dari tungku tempat meletakkan batubara, dia berkata : “Bawa keranjang batubara ini dan ambilkan saya sekeranjang air di sungai.”
Si cucu segera melaksanakannya, namun air dalam keranjang sudah habis sebelum dia sampai ke rumah. Kakeknya tertawa dan berkata : “Kamu harus lebih cepat, coba lagi”, kali ini si cucu berlari lebih cepat, tapi kembali keranjang sudah kosong sebelum dia tiba di rumah. Dengan tersengal dia sampaikan pada kakeknya bahwa tidak mungkin membawa air dengan keranjang. Dia mengusulkan agar diganti dengan timba. Si kakek berkata : “kamu tidak boleh menggunakan timba, gunakan keranjang, kamu kurang berusaha lebih keras.” Kali ini si cucu mencoba bergerak lebih cepat dan memasukkan keranjang itu dalam-dalam ke dasar sungai, dan berlari secepat mungkin kembali ke rumah.
Namun kembali terjadi, keranjang sudah kosong sebelum dia sampai di rumah. ” Kek, ini benar-benar tidak berguna !” serunya, kakeknya menjawab : “ Kamu fikir tidak berguna ? Coba lihat keranjangnya !”. Si cucu memandang keranjang yang dia gunakan, dia sadar bahwa keranjang itu sudah menjadi lain, keranjang itu sudah berubah dari sebuah keranjang batubara yang kotor menjadi satu keranjang yang bersih, di luar dan di dalam. Kakek berkata : “ Cucuku, hal itu akan terjadi juga bila kamu membaca Al Qur’an. Kamu bisa saja tidak mengerti atau ingat segala sesuatu yang ada di dalam Al Qur’an, tapi bila kamu sering membacanya, kamu akan berubah di luar dan di dalam. Itulah yang dilakukan Allah dalam kehidupan kita”.

Minggu, 15 Maret 2009

kenapa??

kadan aku berfikir,,
apa semua yang aku dapat adalah adil untuk aku?
apa yang semua aku dapat adalah yang terbaik untuk aku?
jika iya kenapa mesti ada yang hilang setelah itu?
jika iya kenapa kenapa aku mesti merasa sakit?